Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, Selamat Datang di 2Tsuraya Webblog, Terima Kasih atas kunjungannya

Laman

Rabu, 31 Oktober 2012

Reposting: Puzzle Minds

Mengajar Sebagai Seni




Perkenankan saya membagikan pemahaman saya tentang mengajar sebagai seni. Dengan demikian tulisan ini ada dalam konteks pendidikan. Pertanyaan sentralnya adalah: Bagaimana kita mengajar sebagai seni? Mengajar sebagai seni adalah salah satu alternatif di dunia pendidikan dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di sekolah. Mengajar sebagai seni adalah sesuatu yang menarik, terutama dalam upaya membentuk pengetahuan: dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang sedikit tahu menjadi makin tahu, dan dari sudah tahu menuju lebih mengetahui lagi. Tujuannya adalah untuk memperluas wawasan pengetahuan seraya membandingkan antara  isi pengetahuan yang telah dimiliki dan isi pengetahuan yang diterima. Hal yang menarik perhatian saya adalah bagaimana mengajar sebagai seni harus dimiliki oleh sang komunikator yang tidak lain dari pengajar atau guru sendiri?

Sang komunikator hendaknya punya kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dengan cara kreatif agar dipahami oleh setiap anak didik yang mendengarkannya dan mau terlibat aktif di dalam upaya sang komunikator tersebut. Guru memang disebut komunikator handal sejauh dia mampu mengkomunikasikan apa yang dimiliki kepada sang anak didik. Pesan atau isi pengetahuan haruslah dikemas menjadi menarik agar anak didik yang menerimanya sungguh tertarik dan segera "membeli"nya. Tentunya ini membutuhkan keahlian, kecakapan, pengalaman, dan keterampilan dari sang pengajar.

Benar bahwa mengajar sebagai seni adalah hal yang fundamental, tetapi saat kita menganalogikannya dengan seorang seniman yang mengukir atau melukis sesuatu lalu membuat saya bertanya: Dimanakah kreativitas sang anak didik? Apakah seorang guru mengajar untuk kepuasan dirinya semata atau untuk keterarahannya pada pendidikan dan perkembangan kepribadian sang anak? Perlu diingat bahwa sang seniman mengukir sesuatu yang pasif. Tanah liat hanya pasif dan hanya sang senimanlah yang mengukirnya. Kertas putih pada mulanya tidak bergambar, tetapi kemudian menjadi sebuah lukisan yang menarik setelah mendapat sentuhan tangan seniman. Tetapi kertas bergambar yang tadinya putih tetap pasif. Di sinilah letak korektif analogisnya. Yang saya mau katakan adalah mengajar sebagai seni harus ada kaitannya dengan mengajar sebagai upaya mengeluarkan apa yang dimiliki oleh si dia yang diajar.

Dalam kaitan dengan itu kita kembali ke arti pendidikan pada aslinya. Berasal dari kata LatinEducare, E berarti keluar,  Ducare berarti menarik. Jadi pendidikan berarti menarik keluar. Sebagaimana kita ketahui tentang konsep pendidikan menurut Filsuf Yunani Kuno, Socrates. Ia mengibaratkan pendidikan (termasuk di dalamnya guru dan anak didik) seperti seorang bidan yang membantu sang Ibu untuk melahirkan bayi. Bidan hanya membantu, yang mengeluarkan sang bayi adalah sang Ibu. Bidan adalah sang guru itu sendiri, sang Ibu adalah orang yang dididik, sedangkan sang bayi yang lahir itulah pengetahuan. Jadi pada diri anak didik sebenarnya sudah ada pengetahuan, yang dalam bahasa filsafat dimaksudkan bahwa sang anak bukanlah masih kosong dengan pengetahuan. Pada sang anak sudah ada pengetahuan, yang perlu dibantu untuk dikeluarkan, diarahkan, dan dikembangkan.

Dari Socrates, kita menuju ke filsuf Jean Piaget (1896-1980) yang berbicara tentangkonstruktivisme. Menurutnya, pendidikan adalah proses konstruksi kesadaran akan hal-hal baru dengan asimilasi, akomodasi, dan equilibration. Maksudnya, pengetahuan itu dikonstruksi melalui indra atau realitas. Kemudian rasio atau akal budi  memproses menuju pengetahuan konstruktif, artinya menuju proses berpikir operatif dan kreatif. Jadi sang anak didik bukanlah figuratif dan sekadar gambaran semata (bandingkan tanah liat atau kertas putih yang harus butuh sentuhan sang seniman). Implikasinya pada mengajar, maka mengajar berarti menciptakan kondisi kondusif, bentuk partisipatif guru dalam proses membentuk pengetahuan siswa, proses memfasilitasi proses belajar siswa, artikulasikan pengetahuan, merangsang aktivitas berpikir siswa, sehingga membantu siswa berpikir konstruktif. Strateginya adalah dengan memberi orientasi (arah dan motivasi), elistasi (artikulasi apa yang siswa mengerti), restrukturisasi ide (apa yang dipelajari dibentuk pengertian kembali),aplikabilitas (terapkan ide dalam banyak situasi), dan review (meringkas gagasan yang berkembang dan berubah).

Jadi peranan guru adalah sebagai mediator dan fasilitator. Tugasnya adalah menyediakan pengalaman belajar, menyediakan kegiatan yang mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan membantu siswa berpikir. Tugas lainnya adalah mencari atau menemukan pengalaman baru, memonitor atau mengevaluasi berhasil tidaknya proses berpikir. Guru juga membantu cara artikulasi atau ekspresi pikiran dari siswa, serta tunjuk dan pertanyakan apakah pengetahuan siswa cukup pecahkan persoalan yang dihadapi. Catatan untuk sang guru adalah: pandangannya bukanlah kebenaran tunggal, jadi perlu terbuka terhadap perkembangan baru. Guru juga tidak mengajukan solusi tunggal tetapi haruslah menawarkan jawaban yang membantu siswa menemukan jawaban alternatif.

Karena itu diperlukan juga peranan siswa, terutama melalui pembentukan hipotesis, problem solving, dialog, refleksi, dan ekspresi ide. Dengan kata lain, sang murid juga harus membangun sendiri pengetahuan, membentuk pengertian, memberi makna kepada pengalamannya, bertanggung jawab atas hasil belajar, terlibat aktif dalam proses organik (aktif, berkembang, adakan penemuan baru melalui penelitian) dan bukan dalam proses mekanik (statis: hanya kumpulkan definisi lalu hafal saja). Bandingkan kembali Seniman dan Hasil Karya seninya.

Di akhir tulisan ini, ada kata-kata Kong Hu Tzu yang sangat mengesankan saya. Semoga juga berguna untuk anda: "di empat penjuru semua adalah saudara". Saya dari penjuru yang satu senang bisa berjumpa dengan anda para pembaca dari lain penjuru. Kita saling mengisi sebagai saudara-saudari demi kemajuan pendidikan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas Komentar Anda, kritik dan saran dapat dikirimkan melalui email: almuttahidin@gmail.com